Membaca berarti membuka jendela dunia... Banyak membaca berati banyak ilmu.. Banyak ilmu berarti banyak tahu... Tahu bagaimana cara memandang dan menjalani kehidupan ini... Hidup adalah bekerja keras, keajaiban tidak akan datang begitu saja. Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya, apa yang harus dirubah? Yang harus dirubah adalah apa yang ada didalam diri mereka sendiri, yaitu state of mind and role of thinking->Bagaimana cara kita berpikir, Cara kita memandang kehidupan, dan Cara kita mengatasi persoalan.

Saturday, December 17, 2011

Total Quality Management (TQM)

(Di lembaga Pendidikan Madrasah dan Sekolah)

oleh :

Ari Susanto


A.    Pendahuluan
Gerakan total quality management (TQM) dimulai dari masa studi waktu dan gerak yang diperkenalkan oleh Frederick Taylor pada tahun 1920, dengan mengangkat aspek yang paling fundamental dari manajemen ilmiah, yaitu adanya pemisahan antara perencanaan dan pelaksanaan.[1] Kemudian pada tahun 1931 Walter A. Shewhart dari Bell Laboratories memperkenalkan metode statistik yang dikenal dengan statistical quality control. Tokoh yang dikenal luas dalam TQM adalah Edward Deming. Beliau mengajarkan teknik-teknik pengendalian mutu di U.S. War Department, serta mengajarkan mata kuliah mengenai mutu kepada ihnuan, insinyur, dan eksekutif lembaga Jepang. Berawal dari sinilah TQM berkembang pesat di Negara Sakura. Dan sekarang telah menjadi kenyataan, bahwa produk dari Jepang yang dulunya dikenal sebagai produk rongsokkan dan imitasi murahan, kini justru sebaliknya menjadi produk-produk yang bermutu tinggi dan berkembang pesat di dunia. Perusahaan/lembaga di Jepang menyadari bahwa pada zaman mendatang adalah mutu.
Hal itu bisa dilakukan antara lain dengan menciptakan infra-mutu, yaitu aspek manusia, proses, dan Upaya perbaikan dilakukan dengan mengirimkan tim ke luar untuk mempelajari pendekatan-pendekatan dilakukan lembaga asing dan mengundang dosen-dosen datang ke Jepang untuk memberikan kursus pelatihan kepada para manajer. Hasil dari semua upaya tadi adalah banyak ditemukannya strategi-strategi baru untuk menciptakan revolusi.
Sejak pertengahan tahun 70-an, barang-barang manufaktur Jepang, seperti mobil dan produk-produk elektronika mulai mendominasi perdagangan dunia karena mutu yang dihasilkan sudah melampaui mutu yang dihasilkan pesaingnya dari Amerika dan Eropa. Begitu pula dalam beberapa industri lain, misalnya mesin industri, baja, otomotif, hingga akhirnya industri Barat mulai tergeser. Aspek perhatian atau penekanan Amerika sejak perang dunia II, yakni pada aspek kuantitas dan kurang memperhatikan mutu menjadi .penyebab kegagalan bersaing dengan lembaga Jepang.
Di Indonesia, TQM pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980-an dan sekarang cukup populer di sektor Swasta khususnya dengan adanya program ISO9000. ISO9000 adalah alat pemasaran yang sangat jitu bagi organisasi dengan menunjukkan logo registrasinya yang diakui sebagai standar mutu internasional. BS5750 identik dengan standar eropa EN29000. dan standar mutu Amerika serikat Q90.[2] Banyak lembaga terkemuka dan lembaga milik Negara telah mengadopsi TQM sebagai bagian dari strategi mereka untuk kompetitif baik di tingkat nasional maupun internasional. Dan saat ini keadaan sudah berubah, faktor-faktor yang mendorong sektor Swasta untuk beradaptasi dengan konsep ini, juga memiliki dampak terhadap cara pemerintah menyediakan pelayanan.

B.     TQM (Total quality management)
Ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu: kepuasan pelanggan, respek terhadap setiap orang, manajemen berdasarkan fakta, dan perbaikan berkesinambungan.
1.      Pengertian TQM
Total quality management (TQM) dapat didefinisikan dari tiga kata yang dimilikinya yaitu: total (keseluruhan), quality (mutu, derajat/tingkat keunggulan barang atau jasa), management (tindakan, seni, cara menghendel, pengendalian, pengarahan). Dari ketiga kata yang dimilikinya, TQM dapat didefinisikan sebagai: “sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan, melalui perbaikan berkesinambungan dan memiliki motivasi yang tinggi untuk seluruh anggotanya.
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli mengenai TQM di antaranya: Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, TQM ialah suatu pendekatan dalam usaha memaksimalkan daya saing melalui perbaikan terus-menerus atas jasa, manusia, produk, dan lingkungan. West-Burnham, TQM adalah semua fungsi dari organisasi sekolah/madrasah kedalam falsafah holistis yang dibangun berdasarkan konsep mutu, kerja tim, produktivitas, dan prestasi serta kepuasan pelanggan. Sallis, TQM ialah menciptakan budaya mutu dimana tujuan setiap anggota ingin menyenangkan pelanggannya, dan dimana struktur organisasinya mengizinkan untuk mereka berbuat seperti itu.
Total quality approach hanya dapat dicapai dengan memperhatikan karakteristik sebagai berikut;
a.       Fokus pada pelanggan
b.      Memiliki obsesi tinggi terhadap mutu
c.       Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan zaman
d.      Memiliki komitmen jangka panjang
e.       Membutuhkan kerja-sama tim (team work)
f.       Memperbaiki proses secara kontinu
g.      Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
h.      Memberikan kebebasan yang terkendali
i.        Memiliki kesatuan tujuan
j.        Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan[3]
Sedangkan tujuan sistem mutu adalah memberikan keyakinan bahwa produk atau jasa yang dihasilkan lembaga memenuhi persyaratan mutu pembeli. Sistem mutu tersebut mencakup baik jaminan mutu maupun pengendalian mutu. Ada beberapa tokoh yang mengemukakan prinsip-prinsip TQM. Salah satunya adalah Bill Crash, mengatakan bahwa program TQM harus mempunyai empat prinsip bila ingin sukses dalam penerapannya. Keempat prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, program TQM harus didasarkan pada kesadaran akan mutu dan berorientasi pada mutu dalam semua kegiatannya sepanjang program, termasuk dalam setiap proses dan produk. Kedua, program TQM harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat dalam memberlakukan karyawan, mengikutsertakannya, dan memberinya inspirasi. Ketiga, program TQM harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang memberikan wewenang disemua tingkat, terutama di garis depan, sehingga antusiasme keterlibatan dan tujuan bersama menjadi kenyataan. Keempat, program TQM harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua prinsip, kebijaksanaan, dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah organisasi.
Lebih lanjut, Bill Creech[4] menyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam sistem TQM harus dibangun atas dasar 5 pilar sistem yaitu; produk, proses, organisasi, kepemimpinan, dan komitmen, karena TQM sangat bermanfaat baik bagi pelanggan, institusi, maupun bagi staf organisasi.
2.      Konsep Mutu
Orang yang bermutu dalam berkinerja selalu berusaha mengidentifikasi siapa pelanggannya dalam setiap kegiatan yang dilakukan, dan mengidentifikasi apa kebutuhan dan harapannya untuk diusahakan dipenuhi. Mutu adalah sifat-sifat yang dimiliki suatu benda/barang atau jasa yang secara keseluruhan memberi rasa puas kepada penerima atau penggunanya karena telah sesuai atau melebihi apa yang dibutuhkan dan diharapkan para pelanggannya sejauh mungkin.
Ada beberapa definisi yang diberikan oleh para pakar. Diantaranya adalah: Deming, mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Dengan filosofi ini diharapkan hasil dari sebuah proses menjadi lebih baik. Juran, mutu adalah kecocokan dengan produk. Crosby, mutu adalah kesesuaian dengan yang disyaratkan. West Burnham, mutu adalah ukuran relatif suatu produk atas jasa sesuai dengan standar mutu desain. Ford Motor, mutu adalah memuaskan pelanggan sepuas-puasnya. Sallis, mutu adalah konsep yang absolut dan relatif. Menurut Sallis, mutu yang absolut adalah mutu yang idealismenya tinggi dan harus dipenuhi, berstandar tinggi, dengan sifat produk bergengsi tinggi, biasanya mahal, sangat mewah dan jarang dimiliki orang.[5]
Ada beberapa elemen bahwa sesuatu dikatakan bermutu, yakni;
1)      Mutu meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan
2)      Mutu mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.
3)      Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah (apa yang dianggap bermutu saat ini mungkin dianggap kurang bermutu pada saat yang lain).
4)      Mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan[6]
Mutu pendidikan tinggi adalah pencapaian tujuan pendidikan dan kompetensi lulusan yang telah ditetapkan oleh institusi pendidikan tinggi di dalam rencana strategisnya, atau kesesuaian dengan standar yang telah ditentukan. Mutu pendidikan, sebagai salah satu pilar pengembangan sumber daya manusia sangat penting maknanya bagi pembangunan nasional.
Standar mutu dalam pendidikan telah ditetapkan oleh pemerintah:
1.      Undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1 (21): dinyatakan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pada setiap jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. dan pasal 1 (1): standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI.
2.      Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 91 (1) “setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan”. (2) “penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memenuhi atau melampaui standar nasional pendidikan”.dan pasal 1 (27), “BAN-PT adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program atau satuan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi dengan mengacu pada standar nasional pendidikan”. Pasal (4),”standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa dan membentuk watak serta peradaban Bangsa yang bermartabat”.
3.      UU No. 20/2003 tentang SISDIKNAS pasal 60 (1), “akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non-formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan”.
Adapun lingkup standar nasional pendidikan meliputi:
1)      Standar isi.
2)      Standar proses.
3)      Standar kompetensi lulusan.
4)      Standar pendidik dan tenaga kependidikan.
5)      Standar sarana dan prasarana.
6)      Standar pengelolaan.
7)      Standar pembiayaan.
8)      Standar penilaian pendidikan.
3.      Landasan dan Akar TQM
Landasan dari total quality management adalah statistical process control yang diperkenalkan oleh Edwards Deming dan Joseph Juran untuk membantu memulihkan industri Jepang yang hancur akibat perang dunia II. Model yang dikembangkan pertama kali adalah manajemen manufaktur, yang selanjutnya mengalami evolusi dan mengalami diversifikasi untuk aplikasi di bidang manufaktur, industri jasa, kesehatan, dan juga bidang pendidikan. Perkembangan TQM juga tidak terlepas dari kontribusi bidang manajemen dan efektivitas organisasi dalam membangun TQM. Kontribusi bidang tersebut merupakan satu dimensi tersendiri yang dapat disebut akar TQM. Akar TQM antara lain sebagai berikut.
a.       Manajemen ilmiah, digunakan untuk mencari cara terbaik dalam melakukan pekerjaan melalui time and motion study dan proses produksi secara ban berjalan. TQM memperluas konsep ke dalam lingkup seluruh sistem.
b.      Group Dynamics. Kelompok-kelompok kerja dimaksudkan untuk mengembangkan teknik pemecahan persoalan.
c.       Pelatihan. TQM menempatkan program pelatihan pada prioritas utama di tiap tingkat organisasi. Pimpinan puncak belajar merumuskan visi, mendelegasikan wewenang, dan melatih bawahan. Bawahan harus belajar memecahkan persoalan yang timbul dalam pekerjaannya.
d.      Motivasi berprestasi. Karakteristik manusia adalah selalu mempunyai motivasi, potensi, dan kapasitas untuk bertanggung jawab terhadap organisasi. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana peran manajemen untuk merealisasikan karakteristik tersebut. Dalam TQM manajer harus percaya dan terus membina bawahannya guna melakukan pekerjaan menuju mutu.
e.       Sistem sosio teknikal. Organisasi dipandang sebagai sistem yang terbuka, organisasi mengambil sumber daya dari lingkungannya, mengolahnya dan menyampaikan hasilnya kepada lingkungannya. TQM memperhatikan dimensi sistem organisasi secara eksplisit. TQM memusatkan perhatian pada interface antara unsur-unsur yang saling mempengaruhi.
f.       Pengembangan Organisasi. Hal ini merupakan turunan dari group dynamics yang bertujuan melatih seluruh organisasi agar lebih produktif. TQM menambahkan dua unsur, yaitu titik berat pada mutu dan menuntut hasil yang dapat diukur.
g.      Teori Kepemimpinan Baru. Pemimpin dituntut untuk memetakan pandangannya ke depan (vision), manajer dituntut untuk merealisasikan visi tersebut. Memimpin berarti menciptakan organisasi yang kondusif agar para anggota mau dan berkomitmen terhadap tujuan organisasi. Melakukan manajemen berarti menata, mengarahkan serta mengendalikan para anggota secara sistematis agar tujuan organisasi tercapai. TQM mendasarkan pada teori kepemimpinan tersebut di mana pimpinan harus mempunyai strategi visi yang baik.
h.      Perencanaan Strategis, adalah suatu proses di mana pimpinan organisasi menggambarkan bagaimana kedepannya organisasi tersebut dan mengembangkan prosedur yang diperlukan beserta pengoperasiannya. TQM berpendapat bahwa data yang penting untuk perencanaan harus berasal dari yang dekat dengan konsumen dan data ini sebagai pertimbangan perencanaan yang berorientasi pada pelanggan.
4.      Unsur-unsur TQM
Komponen-komponen TQM untuk pendidikan atau sering diistilahkan dengan Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan (MMTP) mempunyai sepuluh unsur utama sebagai berikut
a.       Fokus pada Kepuasan Pelanggan
Dalam MMTP, baik pelanggan internal maupun eksternal merupakan driven. Pelanggan eksternal menentukan mutu lulusan, sedangkan pelanggan internal menentukan mutu, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan lulusan.
b.      Obsesi terhadap Mutu
Dalam organisasi yang menerapkan MMTP, pelanggan menentukan mutu. Dengan mutu tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi yang diinginkan pelanggan yang berarti bahwa semua karyawan berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya.
c.       Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan..
d.      Komitmen Jangka Panjang
MMTP merupakan paradigma baru, untuk itu dibutuhkan budaya madrasah/sekolah yang baru pula. Komitmen jangka panjang sangat diperlukan guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan MMTP dapat berjalan dengan baik.
e.       Kerja-sama Tim (Team work)
Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional sering tercipta persaingan antar guru. Akan tetapi, persaingan internal ini cenderung hanya menghabiskan energi saja, yang pada gilirannya tidak meningkatkan daya saing eksternal. Sebaliknya, Organisasi MMTP menerapkan kerja-sama tim, kemitraan dijalin dan dibina, baik di dalam maupun di luar madrasah/sekolah.
f.       Perbaikan Sistem secara Terus-menerus
Setiap produk memanfaatkan proses tertentu dalam suatu sistem sehingga sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus-menerus agar mutu dapat meningkat.
g.      Pendidikan dan Pelatihan
Dalam setiap lembaga perlu diadakan pendidikan dan pelatihan. Hal ini sangat penting demi meningkatkan keterampilan teknisnya. Guru maupun tenaga kependidikan lainnya dapat menjalankan tugasnya secara profesional.
h.      Kebebasan yang Terkendali
Keterlibatan guru maupun tenaga kependidikan dalam setiap pengambilan keputusan dan lain sebagainya yang terkait dengan madrasah/sekolah merupakan bentuk dari rasa memiliki dan tanggung jawab mereka, dan itu dilakukan dalam batas-batas yang terkendali.
i.        Kesatuan Tujuan
Madrasah/sekolah yang baik, harus memiliki misi dan visi yang harus dilakukan secara bersama-sama oleh setiap guru maupun tenaga kependidikan yang lainnya. Hal ini demi kelancaran proses belajar-mengajar dan menjaga kekompakan.
j.        Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Guru beserta Staf Tata Usaha
Semua unit dalam tenaga kependidikan harus dilibatkan setiap ada kegiatan. Hal ini sangat penting dan sangat baik demi meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab serta meningkatkan khazanah berpikir karena langsung berhubungan dengan situasi kerja.[7]

C.     Implementasi TQM pada Lembaga Sekolah/Madrasah
Kepala madrasah/sekolah beserta seluruh tenaga kependidikan mempunyai peranan penting akan keberhasilan dalam implementasi program TQM. Mulai dari menetapkan tujuan hingga alokasi waktu yang cukup.
Menurut pengalaman Deming dan Josep Juran disimpulkan bahwa sistem dan menejemen lebih menentukan keberhasilan lembaga. Namun, tanpa dukungan karyawan maka keberhasilan itu tidak akan sempurna. Kesuksesan TQM yang dapat mengenali karyawan hanya dapat mencapai hasil terbaik ketika budaya perusahaan mendukung dan sistem yang jelek diperbaiki secara seksama.

Menjaga kualitas mutu dan kerangka kerja untuk mendapatkan kepercayaan publik (masyarakat) dalam melakukan pelayanan. Yang lebih penting adalah komitmen untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus berkesinambungan dalam memperbaiki mutu dan memberikan pelayanan kepada para pelanggan.
Stake holder-In, orang-orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan mutu pelayanan di suatu organisasi/institusi. Pada lembaga pendidikan, mereka yang termasuk ke dalam stake holder-in, adalah kepala madrasah, guru, dan karyawan madrasah. Mereka semua merupakan sumber daya manusia yang cukup potensial. Oleh karena itu mereka harus dilibatkan dalam setiap kegiatan maupun dalam pengambilan keputusan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan.
Tugas stake holder berikutnya adalah pembinaan dalam bentuk on the job training untuk semua anggota organisasi dalam dunia lembaga pendidikan tersebut; kepala madrasah, guru, staff dan karyawan agar masing-masing dapat selalu meningkatkan mutunya.
Analisa fakta dan data menunjang berbagai tujuan seperti perencanaan, peninjauan kinerja, perbaikan prosedur, dan benchmarking kinerja mutu pendidikan dengan madrasah lain. Ada dua konsep dalam hal ini, yaitu: prioritas, yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek di waktu yang bersamaan, oleh karena itu menggunakan data, maka manajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang vital.
Variasi atau variabilitas kerja manusia dengan menggunakan data statistik untuk memberikan gambaran variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem organisasi. Dengan demikian, manajemen dapat memprediksikan hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.
Kepala sekolah/madrasah harus bekerja keras dalam fungsi kepemimpinannya pada pengendalian mutu untuk mempengaruhi, mengarahkan, dan membina para guru, staff dan karyawan agar masing-masing dapat selalu melakukan perbaikan dalam meningkatkan mutunya secara terus-menerus dalam memberikan pelayanan kepada para pelanggan.
  1. Mutu Produk
Tujuan sekolah/madrasah didirikan, kurikulum[9] disusun, dan guru diangkat serta sarana dan prasarana pendidikan diadakan semuanya untuk kepentingan peserta didik/pelanggan. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya didesain bagi peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya. Setiap peserta didik mempunyai kebutuhan dan mengalami perkembangan yang tidak sama sehingga madrasah perlu menyelenggarakan berbagai program sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan tersebut.
Agar program yang telah disusun, guru yang telah diangkat, dan sarana-prasarana dapat dimanfaatkan sebaik mungkin, peserta didik perlu dimenej sedemikian rupa sehingga tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Ini tidak lain agar peserta didik nantinya benar-benar bermutu dalam segala bidang terutama sesuai dengan visi dan misi yang dirumuskan.
Untuk mempermudah dan memperlancar proses pembelajaran di dalam kelas diperlukan penyaringan terhadap peserta didik. Adapun seleksi/penyaringan terhadap peserta didik ini adalah sebagai berikut:
a.       Perencanaan Kepeserta Didikan
Dalam perencanaan kepeserta didikan, yang terpenting adalah untuk mengetahui kemampuan daya tampung lembaga sekolah/madrasah tentang fasilitas atau sarpras[10] tenaga guru dan staf pendidikan.
Di samping itu juga harus memperhitungkan berapa persen peserta didik yang akan keluar/lulus, berapa peserta didik yang akan mengulang kelasnya. Dengan dasar perencanaan peserta didik ini, jumlah penerimaan peserta didik baru ditentukan.
b.      Penerimaan Peserta Didik Baru
Adapun tugas-tugas panitia penerimaan peserta didik baru antara lain sebagai berikut:
1)      Membuat proposal kegiatan penerimaan peserta didik harus diotorisasi kepala sekolah/madrasah
2)      Menginfonmasikan adanya kegiatan penerimaan peserta didik kepada masyarakat, hal ini biasanya dilakukan melalui spanduk yang ditempel di tengah-tengah jalan raya dan dibuatkan brosur bertuliskan penerimaan pendaftaran baru
3)      Membuat syarat-syarat penerimaan peserta didik baru
4)      Menyusun jadwal kegiatan penerimaan peserta didik baru
5)      Menentukan prosedur penerimaan peserta didik baru
6)      Mengadakan pendaftaran peserta didik baru
7)      Menyusun anggaran penerimaan peserta didik baru
8)      Menyusun soal-soal tes penerimaan peserta didik baru
9)      Menggandakan soal tes penerimaan peserta didik baru (kondisional).
10)  Melaksanakan tes penerimaan peserta didik baru (kondisional).
11)  Mengoreksi hasil tes penerimaan peserta didik baru.
12)  Menentukan standar penerimaan peserta didik baru.
13)  Mengumumkan hasil seleksi penerimaan peserta didik baru
14)  Mengadakan pendaftaran ulang bagi peserta didik yang diterima
15)  Membuat laporan pelaksanaan penerimaan peserta didik baru.
c.       Pengorganisasian Peserta Didik
Setelah semua peserta mendaftar ulang, peserta didik akan dikelompokkan ke dalam kelas-kelas tertentu (apabila jumlahnya lebih dari satu kelas atau satu jurusan). Pengelompokan ini bertujuan agar pelaksanaan program belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, tertib dan tercapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
d.      Orientasi Peserta Didik Baru
Orientasi peserta didik baru sering menjadi tugas panitia penerimaan peserta didik baru, tetapi juga dapat ditangani oleh panitia terpisah. Adapun orientasi peserta didik baru ini biasanya diisi dengan suatu kegiatan atau yang pada intinya adalah sebagai berikut:
1)      Perkenalan lingkungan sekolah/madrasah
2)      Perkenalan dengan guru dan tenaga pendidik.
3)      Perkenalan antar peserta didik atau dengan peserta didik lama
4)      Penjelasan program-program yang ada di sekolah/madrasah tersebut
5)      Penjelasan dan peninjauan fasilitas yang ada.
e.       Pembinaan dan Pelayanan Peserta didik
Pembinaan peserta didik dilakukan secara formal melalui kegiatan intrakurikuler, maupun ekstra kurikuler, tetapi juga dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan yang sifatnya informal, misalnya hubungan antar peserta didik, hubungan dengan guru, dan hubungan dengan personal sekolah/madrasah lainnya serta dengan masyarakat sekitarnya. Hal ini bertujuan agar peserta didik mampu dalam bersikap, bertingkah laku yang sesuai dengan norma-norma agama pada lembaga tersebut, berpengetahuan, dan memiliki keterampilan. Hal ini juga menyangkut masalah bimbingan dan penyuluhan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi peserta didik, namun juga pelayanan lain misalnya jasa kesehatan, jasa boga/catering, pemondokan, simpan-pinjam, dan lain sebagainya.
f.        Organisasi Peserta Didik
Organisasi peserta didik yang menampung aspirasi peserta didik dan wadah penyaluran kegiatan sesuai dengan minat dan bakat peserta didik di luar kurikulum yang sudah diatur.
  1. Mutu Jasa
Mutu jasa/pelayanan merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Seringnya kegagalan yang dialami oleh beberapa lembaga terkait salah satunya adalah gagalnya lembaga dalam melayani atau memberi atau membantu tercapainya hasil pendidikan, yang maksimal.
Mutu jasa yang jelek biasanya dinisbatkan secara langsung kepada kelakuan, sifat pekerja, para tenaga pendidik. Mereka bersikap dan berkelakuan demikian karena disebabkan oleh kurangnya perhatian dan ketegasan dari atasan.
Ketidak-acuhan dan kurangnya pelatihan atau perhatian kerapkali merupakan alasan utama yang menyebabkan terjadinya kerusakan jasa/pelayanan. Maka dari itu, mutu jasa yang diterapkan harus berusaha memuaskan pelanggan/peserta didik dalam proses belajar mengajar. Hal ini tergambar dengan jelas ketika pemberi jasa dalam hal ini staf pendidikan melayani pengguna jasa/peserta didik tatkala peserta didik mengalami kesulitan atau meminta informasi berkaitan dengan administrasi pendidikan. Artinya, hubungan yang terjadi di antara keduanya adalah langsung antara pemberi jasa/staf pendidikan, dengan pengguna jasa/peserta didik.
  1. Mutu SDM
Manusia dalam hal ini tenaga pendidikan yang mempunyai peranan penting terhadap pengembangan SDM (sumber daya manusia). Dalam meningkatkan tenaga pendidik yang profesional kepala sekolah/madrasah menyuruh mereka yang belum memiliki sertifikasi guru agar memiliki sertifikasi. Di samping itu, agar mereka intens terhadap mata pelajaran yang diampunya, lebih dari itu agar para guru betul-betul mendalami apa yang diajarkannya di dalam kelas. Kebijakan selanjutnya adalah pengembangan karir guru dengan salah satunya studi lanjut para guru ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
  1. Mutu Proses
Proses pendidikan dan pembelajaran harus mempertimbangkan faktor-faktor individual peserta didik. misalnya: ada peserta didik yang memiliki permasalahan dalam belajar karena hambatan, baik fisikal maupun sosial, seperti: kurang pendengaran, penglihatan, kecakapan dalam bertutur kata dan lain-sebagainya.
Dianalogikan dengan proses yang terjadi dalam dunia industri, peserta didik dikenal dengan masukan kasar (Raw input). masukan kasar inilah yang diolah sedemikian rupa dalam proses pendidikan dan pembelajaran di lembaga pendidikan menjadi produk manusia dengan karakteristik yang diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional.

  1. Mutu Lingkungan
Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan terhadap individu dan sebaliknya individu memberikan respons terhadap lingkungan hingga terciptanya iklim yang baik. Lingkungan (environment) sebagai dasar pendidikan adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting.
Lembaga pendidikan sangat tergantung pada lingkungan pendidikan. Perubahan yang terjadi di lingkungan juga mempengaruhi lembaga pendidikan. Lingkungan pendidikan yang dimaksud adalah kekuatan-kekuatan ekonomi, politik, sosial budaya masyarakat.[11]


Daftar Pustaka
Danim, Sudarwan, 2006, Visi Baru Manajemen Madrasah dart Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, Jakarta: PT Bumi Aksara.
FKIP-UMS, Tim, 2003, Manajemen Pendidikan: Pedoman Bagi Kepala Sekolah Dan Guru, Surakarta: UMS.
..........., 2007, Sosialisasi Sistem Jaminan Mutu Pendidikan (SJMP), Institut Pertanian Bogor (IPB).
Fatah Syukur, Total Quality Management, Mutu, dan Madrasah, Pendidikan Islam___
Rosyada, Dede, 2007, Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Prenada Media Group.
Sallis, Edward, 2010, Total Quality Management In Education, Yogyakarta: IRCiSoD, Cetakan IX.
Syukur, Fatah, 2007, Total Quality Manajemen, Mutu dan Madrasah______
Tjiptono, Fandy, dan Diana, Anastasia, 2003, Total Quality Management, Yogyakarta:  Andi Ofset, Cetakan ke. 10.
Usman, Husaini, 2006, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Uwes, Sanusi, 1999, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.


[1] Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management, (Yogyakarta:  Andi Ofset, Cetakan ke. 10, 2003), hlm. 5
[2] Edward Sallis, Total Quality Management In Education, (Yogyakarta: IRCiSoD, Cetakan IX, 2010), hlm. 121
[3] Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007). hlm. 270
[4] Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Madrasah dart Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm. 53.
[5]Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 407-408
[6] Fatah Syukur, Total Quality Management, Mutu, dan Madrasah, Pendidikan Islam___
[7] Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 464-466.
[8] Ibid...., hlm. 467
[9] Kurikulum adalah seperangkat rencana dam pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Lihat UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 19.
[10] Semua fasilitas yang ada yang mempermudah dan memperlancar proses pendidikan dan pengajaran dan sifatnya langsung. misalnya papan tulis, buku, transportasi, dan lain sebagainya.
[11] Tim FKIP-UMS, Manajemen Pendidikan: Pedoman Bagi Kepala Sekolah Dan Guru, (Surakarta: UMS,2003). hlm,79.