Membaca berarti membuka jendela dunia... Banyak membaca berati banyak ilmu.. Banyak ilmu berarti banyak tahu... Tahu bagaimana cara memandang dan menjalani kehidupan ini... Hidup adalah bekerja keras, keajaiban tidak akan datang begitu saja. Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya, apa yang harus dirubah? Yang harus dirubah adalah apa yang ada didalam diri mereka sendiri, yaitu state of mind and role of thinking->Bagaimana cara kita berpikir, Cara kita memandang kehidupan, dan Cara kita mengatasi persoalan.

Thursday, May 26, 2011

Ekosistem dan Agama Islam

Oleh: Ari Susanto

A.     Defini Ekosistem dan Agama Islam
1.      Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.[1]
2.      Agama Islam
Agama menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan yang mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Dengan agama inilah Allah menutup agama-agama sebelumnya. Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-hamba-Nya. Dengan agama Islam ini pula Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya meridhoi Islam sebagai agama yang harus mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada suatu agama pun yang diterima selain Islam.
Allah berfirman:
$¨B tb%x. î£JptèC !$t/r& 7tnr& `ÏiB öNä3Ï9%y`Íh `Å3»s9ur tAqߧ «!$# zOs?$yzur z`¿ÍhŠÎ;¨Y9$# 3 tb%x.ur ª!$# Èe@ä3Î/ >äóÓx« $VJŠÎ=tã
Artinya: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Ahzab: 40).[2]

B.     Hubungan Antara Ekosistem dengan Agama Islam
Ajaran Islam bersumber dari al-Qur'an dan Sunnah. Makhluk hidup dalam hal ini khususnya manusia diciptakan oleh Allah dan disebarkan di muka bumi antara lain untuk mengelola isi bumi dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai makhluk Allah yang paling sempurna.
Tersedianya kekayaan alam mengharuskan manusia untuk bekerja keras, menjaga dan melestarikan alam. Perlunya kerja keras, menjaga dan melestarikan alam dalam kehidupan ini telah digambarkan Allah dalam menandai kekuasaan-Nya yang maha besar, yaitu gambaran simbolik dalam fenomena-fenomena yang tampak seperti bencana-bencana alam yang terjadi di bumi.
Manusia adalah makhluk yang sempurna dengan kemampuan akal, qalbu, serta nilai-nilai yang diberikan Allah yang dapat membentuk akhlak baik dan dapat diaktualisasikan dalam bentuk hubungan yang harmonis dengan alam lingkungannya.
Manusia di tengah-tengah alam memiliki peran sebagai subyek yang akan berpengaruh terhadap lingkungannya, dan hubungan manusia dengan alam lingkungannya itu merupakan interaksi yang saling mempengaruhi. Sebagai makhluk Allah yang diberi akal dan kepribadian serta banyak lagi kelebihan-kelebihan yang lain yang telah dianugerahkan-Nya, manusia dapat menentukan sikap terhadap ekosistem di tempat di mana ia hidup.
Al-Qur'an banyak memberikan dorongan untuk menjaga dan memelihara alam dan lingkungan hidup, karena misi Islam pada dasarnya mencakup bagaimana seharusnya sikap mahkluk hidup, dalam hal ini adalah manusia terhadap alam.
Allah berfirman dalam QS. al-Anbiyaa':
!$tBur š»oYù=yör& žwÎ) ZptHôqy šúüÏJn=»yèù=Ïj9
Artinya: “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. al-Anbiyaa' : 107).
Memberi rahmat pada alam adalah bagian yang tak terpisahkan dari bentuk pelaksanaan ajaran Islam secara keseluruhan. Antara lain adalah anugerah Allah kepada manusia, sesuai dengan kedudukan manusia sebagai khalifah Allah, maka ia dituntut untuk dapat menjaga dan memelihara alam di samping menggunakan dan memanfaatkannya.
Banyak kerusakan dan malapetaka yang ditimbulkan oleh perilaku manusia yang tidak memperhatikan hubungan dirinya dengan alam lingkungannya. Kerusakan ekosistem lautan maupun daratan disebabkan karena manusia tidak menyadari keharusan hubungan yang harus terjalin secara seimbang antara dirinya dengan alam lingkungannya.
Allah telah mengisyaratkan dalam QS. Arr-Rum, ayat 41:
tygsß ßŠ$|¡xÿø9$# Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur $yJÎ/ ôMt6|¡x. Ï÷ƒr& Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ƒÉãÏ9 uÙ÷èt/ Ï%©!$# (#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_ötƒ
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

            Kemudia dalam QS. al-Qashash, ayat 77:
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šøs9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$#
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Kerusakan di daratan adalah ekosistem daratan (terrestrial ecosystem) yang digunakan tanpa memperhitungkan akibat-akibat yang dapat ditimbulkannya, misalnya pembabatan hutan mengakibatkan malapetaka longsor, banjir, dan serangan hewan penghuni hutan yang habitatnya terganggu oleh pemukiman penduduk di sekitarnya. Laut yang tercemar oleh zat-zat kimia, perusakan terumbu karang, eksploitasi kekayaan bawah air dan bawah tanah yang tidak memperhitungkan akibat bagi lingkungan manusia merupakan awal dari malapetaka manusia di muka bumi.
Kerusakan itu sebagai akibat ulah manusia itu sendiri, terutama karena ketamakan dan kerakusan mereka dalam mengambil keuntungan material, tanpa memperhitungkan akibat dan masa depan alam dan generasi berikutnya.
Kemudian dalam konteks teologis, Tuhan menciptakan alam disertai dengan hukum alam yang melekat padanya. Apabila manusia karena keserakahannya melakukan pengrusakan maka alam akan menunjukkan permusuhannya kepada manusia. Agar alam tetap bermanfaat dan memberikan keteduhan bagi manusia maka yang harus dilakukan adalah :
1)      Sosialisasi ajaran agama yang terkait dengan kebersamaan serta peningkatan dan pelestarian alam lebih intensif dan terprogram sehingga fokus dan mencapai tujuan.
2)      Membuat proyek percontohan tentang pelaksanaan ajaran agama tersebut dalam sebuah desa, kota, hutan, dan lainnya yang memungkinkan untuk jadi model bagi pengembangan wilayah yang lain.
3)      Membuat sistem kontrol yang humanis dengan disiplin tinggi, sehingga masyarakat berkenan untuk melakukan hubungan yang harmonis dengan sesama dengan nuansa pelestarian alam secara alami dan senang hati. al-Qur’an telah menyinggung tentang kecenderungan manusia untuk membuat kerusakan di bumi (dhahara al-fasad fi al-barr wa al-bahr bima kasabat aidi al-nas) dan itu telah diprediksi oleh Malaikat saat penciptaan Adam (ataj’alu fiha man yufsidu fiha wa yasfiku al-dima’). Sistem kontrol sosial berbentuk peraturan perundang-undangan maupun tradisi yang berkembang di masyarakat sangat penting agar manusia disiplin dengan nilai dan ajaran agama.
Al-Quran menekankan signifikansi transenden dari alam, karena alam tidak bisa menjelaskan kejadian dengan sendirinya. Alam dalam bahasa al-Quran sebagai “tanda” akan adanya sesuatu di luar dirinya, yang menunjuk kepada suatu entitas  transenden (QS.al-An’am: 97-99). Oleh karena itu alam adalah symbol adanya tuhan.
Jika seseorang dengan analisa lebih dalam melihat bagaimana al-Quran berbicara tentang penciptaan alam, menurut Normanul Haq, paling tidak ada tiga perspektif karakteristik alam: Pertama, bahwa fenomena alam mempunyai regularitas, keseimbangan yang koheren dan elegan (QS an-Naml, ayat: 88). Kedua, alam tidak mempunyai garansi untuk exsis dengan sendirinya, dan terakhir,  alam adalah penjelmaan dari kasih sayang tuhan atau dengan kata lain, kasih sayang tuhan dimanifestasikan dalam penciptaan alam.
Dengan doktrin adanya hubungan erat antara transendensi tuhan dengan penciptaan alam, maka umat Islam memandang bahwa keseimbangan alam adalah manifestasi kasih sayang tuhan kepada manusia. Karena alam adalah tanda adanya realitas yang transenden dan bukti kasih sayang-Nya, maka penghargaan manusia terhadap alam adalah sesuatu yang unavoidable. Tidak adanya sikap melestarikan keseimbangan alam atau bahkan dengan sengaja membuat kerusakan dimuka bumi berarti tidak menghargai kasih sayang yang diberikan oleh Dzat yang transenden dan dengan otomatis berarti berdosa.
Permasalahannya adalah, meskipun adanya doktrin yang dipunyai oleh setiap agama lewat teks sakralnya untuk pelestarian alam (khususnya pemeluk Agama Islam), manusia lebih banyak lupa untuk mempraktekannya. Disinilah tantangan bagi manusia untuk saling menyadarkan para penganutnya baik se-Agama maupun antar Agama bagaimana “membumikan” nilai-nilai sakral kedalam kehidupan real di masyarakat, dalam hal ini bagaimana meningkatkan kesadaran pemeluk agamanya untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan alam.

C.     Kesimpulan
Simpulkan sendiri yo.. (biar baca dulu bentar), atau gk usah dikasih kesimpulan aja… J

0 comments:

Post a Comment