Membaca berarti membuka jendela dunia... Banyak membaca berati banyak ilmu.. Banyak ilmu berarti banyak tahu... Tahu bagaimana cara memandang dan menjalani kehidupan ini... Hidup adalah bekerja keras, keajaiban tidak akan datang begitu saja. Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya, apa yang harus dirubah? Yang harus dirubah adalah apa yang ada didalam diri mereka sendiri, yaitu state of mind and role of thinking->Bagaimana cara kita berpikir, Cara kita memandang kehidupan, dan Cara kita mengatasi persoalan.

Wednesday, April 6, 2011

Memahami Epistemologi Immanuel Kant

Filsafat Ilmu ; Topik-topik Epistemologi

Dosen Pengampu : Dr. Alim Roswantoro

Disusun Oleh :
Ari Susanto

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA
2010


Sekilas biografi Immanuel Kant
Immanuel Kant dilahirkan pada tanggal 22 April 1724 di wilayah Baltik di Konigsberg, yang dulu adalah ibukota propinsi Jerman yang terpencil, Prusia Timur. Leluhur Kant berasal dari Skotlandia dan beremigrasi pada abad sebelumnya. Pada saat Kant dilahirkan, Prusia timur sedang memulihkan diri dari kehancuran yang disebabkan oleh perang adan wabah penyakit. Bencana itu telah mengurangi dari separuhnya penduduk Prusia timur. Kant besar di tengah-tengah kemiskinan. Dia adalah anak keempat dalam keluarganya. Kant memiliki lima saudara perempuan dan satu orang saudara laki-laki. Ayah Kant adalah seorang tukang potong tali kulit yang cekatan yang berdarah Skotlandia. Ibunya bernama Frau Kant memiliki pengaruh yang sangat besar bagi Kant sejak awal hidupnya. Dia adalah seorang perempuan Jerman yang tidak mendapatkan pendidikan formal namun memiliki "kecerdasan alamiah" yang luar biasa. Kecerdasan inilah yang turun dalam diri Immanuel. Kant. 
Pada usia 18 tahun, Kant memasuki Universitas Konigsberg sebagai mahasiswa teologi. Dengan segera Kant menjadi sangat bosan pada teologi dan mulai menunjukkan minatnya yang besar pada matematika dan fisika. Ia membaca Newton hingga terbukalah matanya pada ilmu pengetahuan dan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan yang diungkapakan di dalam karya-karya Newton.
Pada tahun 1746, ketika Kant berusia 22 tahun, ayahnya meninggal dunia. Sehingga ia terpaksa meninggalkan universitas untuk mencari nafkah. Meski kemudian tahun 1955 ia dapat menyelesaikan studinya dan menjadi pengajar junior. Bahkan tahun 1770 ia diangkat sebagai professor logika metafisika. Pada Oktober 1803 Kant jatuh sakit dan 12 Februari 1804 Kant meninggal dunia dan dimakamkan di Katedral Konigsberg.




Epistemologi, Sintesisme, Empirisme dan Rasionalisme Immanuel Kant
Epistemologi merupakan salah satu cabang dari filsafat yang membahas tentang metodologi; menyingkap bagaimana fondasi suatu pengetahuan dibangun, yang berarti suatu pemikiran atau teori tentang pengetahuan yang mengkaji hakikat pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan.
Sintesis merupakan suatu inegrasi dari dua atau lebih elemen yang ada dan menghasilkan suatu hasil baru. Istilah ini mempunyai arti luas dan dapat digunakan ke fisika, ideologi, dan fenomenologi.
Empirisisme berasal dari kata Yunani empeiria (berpengalaman, berkenalan, trampil) atau dari bahasa Latin: experientia yang berarti pengalaman. Adapun empirisisme dalam istilah filsafat adalah suatu aliran yang berpendapat bahwa sumber seluruh pengetahuan dicari dalam pengalaman. 
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalisme suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berpik
Immanuel Kant (1724-1804) seorang filsuf yang berasal dari Jerman yang menurutnya bahwa dunia luar hanya memunculkan materi sensasi, namun perangkat mental kita sendiri menata materi ini sesuai ruang dan waktu, memasok konsep-konsep yang kita gunakan untuk memahami pengalaman. Dan hal-hal itu sendiri yang merupakan penyebab sensasi kita, tidak bias diketahui; itu semua tidak berada dalam ruang ataupun waktu, atau bahkan bukan substansi, tidak pula dapat dijelaskan dengan konsep umum manapun yang oleh kant disebut "kategori".
Kant memiliki beberapa pokok pemikiran yang harus diketahui terlebih dahulu, dikarenakan pemikirannya begitu original dan terlihat berbeda dari pemikiran para filsuf sebelumnya terutama berangkat dari filsuf Inggris bernama David Hume, Antara lain pokok pemikirannya adalah:
  1. Panca indera, akal budi, rasio. Kita sudah tahu tentang arti empirisme yang mementingkan pengalaman inderawi dalam memperoleh pengetahuan dan rasionalisme yang mengedepankan penggunaan rasio dalam memperoleh pengetahuan, tetapi rasio yang kita ketahui adalah sama dengan akal dan logis, namun Kant memberi definisi berbeda. Pada Kant istilah rasio (yang didapat dari intelek) memiliki arti yang baru, bukan lagi sebagai langsung kepada pemikiran, tetapi sebagai sesuatu yang ada "di belakang" akal budi dan pengalaman inderawi. Dari sini dapat dipilah bahwa ada tiga unsur: akal budi (Verstand), rasio (Vernunft), dan pengalaman inderawi.
  2. Dalam filsafatnya Kant mencoba untuk mensinergikan antara rasionalisme dan empirisme. Ia bertujuan untuk membuktikan bahwa sumber pengetahuan itu diperoleh tidak hanya dari satu unsur saja melainkan dari dua unsur yaitu pengalaman inderawi dan akal budi. Filsafat Kant menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan gabungan (sintesis) antara keduanya.
  3. Kant dapat dikatakan sebagai seorang revolusioner karena dalam ranah pengetahuan ia tidak memulai pengetahuan dari obyek yang ada tetapi dari yang lebih dekat terlebih dahulu yaitu si pengamat obyek (subyek)
Dari dua aliran empirisme dan Rasionalisme Kant berpendapat bahwa dalam diri subyek terdapat dua kemampuan, yakni menerima data ("sensibilitas" atau "kemampuan mengindrai"), dan untuk membentuk atau menghasilkan konsep sebagai pemahaman, atau dalam istilah Kant "Verstand" (akal budi). Hubungan antara kemampuan mengindrai atau "sensibilitas" dengan kemampuan membentuk konsep erat sekali. Tanpa sensibilitas obyek tak dapat masuk dalam subyek, dan tanpa akal obyek tak dapat dipikirkan.
Kant mengatakan bahwa kegiatan akal budi (Verstand) muncul dalam putusan. Dan dalam putusan ini terjadi sintesis antara data-indrawi dan unsur-unsur a priori akal budi. Unsur-unsur a priori akal budi ini disebut Kant sebagai "kategori-kategori". Tanpa sintesis ini, kita bisa mengindrai penampakan, tapi tidak bisa mengetahuinya. Atau dapat dikatakan, kategori-kategori itu merupakan syarat a priori pengetahuan kita.

Menurut Kant, ada 12 kategori, yaitu:
Kuantitas
  1. Kesatuan/Unitas
  2. Kemajemukan/Pluralitas
  3. Keseluruhan/Totalitas
Kualitas
  1. Realitas
  2. Negasi
  3. Limitasi
Relasi
  1. Substansi
  2. Kausalitas
  3. Komunitas
Modalitas
  1. Kemungkinan-kemustahilan
  2. Eksistensi-Non-eksistensi
  3. Keniscayaan-Kotingensi
Maksudnya adalah didalam setiap manusia mempunyai kategori-kategori diatas yang berada di dalam akal budi/pikiran dan digunakan sesuai dengan data-data cocok yang diperoleh untuk menghasilkan suatu kejelasan. 
Kant menyebut pemikiranya dengan aliran Kritisisme yang merupakan penggabungan dari aliran Rasionalisme Leibniz dan aliran Empirisisme Hume, Pemikiran Kant banyak terpengaruh oleh aliran Peitisme, Rasionalisme, dan Empirisisme.
Tujuan utama dari filsafat kritis Kant adalah untuk menunjukkan, bahwa manusia bisa memahami realitas alam (natural) dan moral dengan menggunakan akal budinya. Pengetahuan tentang alam dan moralitas itu berpijak pada hukum-hukum yang bersifat apriori, yakni hukum-hukum yang sudah ada sebelum pengalaman inderawi. Pengetahuan teoritis tentang alam berasal dari hukum-hukum apriori yang digabungkan dengan hukum-hukum alam obyektif. Sementara pengetahuan moral diperoleh dari hukum moral yang sudah tertanam di dalam hati nurani manusia. Bagi Kant aliran empirisme dan rasionalisme kedua pandangan tersebut haruslah dikombinasikan dalam satu bentuk sintesis filosofis yang sistematis
Dalam konsepnya tentang teori ruang dan waktu mengatakan bahwa Frase "diluar saya (yakni ditempat yang berbeda dari tempat dimana saya berada)" adalah frase yang sulit. Sebagai sesuatu dalam dirinya sendiri, saya tidak berada dimanapun, dan tidak ada yang bersifat ruang diluar saya; ini berarti yang ada hanyalah tubbh saya sebagai sebuah fenomena. Dengan demikian, semua yang benar-benar terkandung adalah apa yang hadir dalam bagian kedua kalimat itu, yakni bahwa saya melihat obyek yang berbeda di tempat yang berbeda. Dan kesan yang mungkin muncul dalam benak kita ialah tentang pengunjung tentang ruang gantung pakaian yang menggantung bermaca-macam jaket pada cantelan yang berbeda; cantelan-cantelan itu sudah ada, namun subyektifitas si pengunjung itulah yang menata jaket-jaket tersebut.


Relevansi Epistemologi Immanuel kant bagi Ilmu Pendidikan
Dalam kamus bahasa Indonesia Relevansi adalah kecocokan, bersangkut paut, berguna secara langsung, yang berarti kaitan atau hubungan.
Immanuel Kant telah memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap paradigma berpikir manusia antara lain adalah dengan membagi tiga proses pengetahuan manusia. Pertama adalah Tingkat terendah/ tingkat pencerapan indrawi yaitu bahwa pengetahuan manusia diperoleh dari pengamatan indrawi. Kedua adalah Tingkat akal budi/pikiran yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman indrawi bersaman dengan itu pula akal budi/pikiran bekerja secara bersama dan spontan sehingga diperoleh putusan-putusan. Ketiga adalah tingkat intelek yaitu yang membelakangi akal budi/pikiran dan pengalaman indrawi yang merupakan wawasan mendalam, yang tidak berasal dari pengalaman manapun (namun bersal dari Allah bedasarkan kerohanian)


Kesimpulan 
Immanuel Kant adalah seorang filsuf termasyur dari Jerman yang mencoba menggabungkan antara aliran Rasionalisme dan Empirisme, dan kemudian dari hasil pemikirannya tersebut melahirkan suatu aliran baru yang disebut dengan Kritisisme yang telah memberi sumbangsi besar tehadap paradigma berfikir dalam dunia pendidikan. Kehadiran Kant membawa sebuah evolusi besar karena menurutnya, bukan subjek yang mengarahkan diri pada objek, tetapi sebaliknya. Yang mendasar dari pemikiran Kant ini adalah ia tidak memulai dari objek-objek tetapi dari subjek.


____________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA
Russel Bertrand, Cetakan III, Agustus 2007, Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Poejawijatna, R.I. Prof. 1983. Pembimbing Kearah Filsafat, Jakarta: Rineka Cipta.
Syadali Ahmad. H. Drs, et. At. 1997, Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Setia.
Achmadi Asmoro. 1995, Filsafat Umum, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Peursen Van c.a. 1997, Orientasi Dalam Filsafat, Jakarta: PT. Gramedia
Kant, Critique of Pure Reason, 1998
Kant's Critique of Pure Reason, Cambridge, Cambridge University Press, 2006

0 comments:

Post a Comment