Kumpulan Makalah
Semua Tugas dan Makalah Kuliahku
Membaca berarti membuka jendela dunia... Banyak membaca berati banyak ilmu.. Banyak ilmu berarti banyak tahu... Tahu bagaimana cara memandang dan menjalani kehidupan ini... Hidup adalah bekerja keras, keajaiban tidak akan datang begitu saja. Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya, apa yang harus dirubah? Yang harus dirubah adalah apa yang ada didalam diri mereka sendiri, yaitu state of mind and role of thinking->Bagaimana cara kita berpikir, Cara kita memandang kehidupan, dan Cara kita mengatasi persoalan.
Sunday, April 3, 2011
FILSAFAT DAN SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA
Oleh: Ari Susanto
(Makalah s1-ku)
A.
Pendahuluan
Kerapkali ilmu filsafat dipandang sebagai ilmu yang abstrak dan berada di awang-awang (= tidak mendarat) saja, padahal ilmu filsafat itu dekat dan berada dalam kehidupan kita sehari. Benar, filsafat bersifat tidak konkrit, karena menggunakan metode berpikir sebagai cara pergulatannya dengan realitas hidup kita.
Filsafat ,
philosophy
, dalam bahasa Inggeris, atau
philosophya
dalam Yunani mempunyai arti cinta akan kebijaksanaan.
Philos
(cinta) atau
philia
(persahabatan, tertarik kepada) dan
sophos
(kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi. Dari pengertian tersebut filsafat sebenarnya amat dekat dengan realitas kehidupan kita. Untuk mengerti apa filsafat itu, orang perlu menggunakan akal budinya untuk merenungkan relaitas hidupnya, “apa itu hidup? Mengapa saya hidup? Akan kemana saya hidup? Tentunya pertanyaan tersebut sejatinya muncul alamiah bila akal budi kita dibiarkan bekerja. Persoalannya, apakah orang atau peminat filsafat sudah membiarkan akal budinya bekerja dengan baik memandang relaitas? Aristoteles menyebut manusia sebagai “binatang berpikir”.
Setiap pemikir mempunyai definisi berbeda
tentang makna filsafat karena
pengertiannya yang
begitu luas dan abstrak. Tetapi secara sederhana filsafat
dapat dimaknai bersama sebagai suatu sistim nilai-nilai
(systems
of values)
yang luhur yang
dapat menjadi pegangan atau anutan setiap individu, atau keluarga, atau kelompok
komunitas dan/atau masyarakat tertentu,
atau pada gilirannya bangsa dan negara tertentu. Pendidikan sebagai
upaya
terorganisasi,
terencana,
sistimatis,
untuk
mentransmisikan kebudayaan dalam arti luas
(ilmu pengetahuan, sikap, moral dan
nilai-nilai hidup dan kehidupan, ketrampilan, dll.) dari suatu generasi ke generasi lain.
Adapun visi, misi dan tujuannya yang ingin
dicapai semuanya berlandaskan suatu
filsafat tertentu.
Bagi kita sebagai bangsa dalam suatu negara
bangsa
(nation state)
yang merdeka, pendidikan kita niscaya dilandasi oleh filsafat hidup yang kita
sepakati
dan anut bersama.
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
B.
Pembahasan
Kata
‘filsafat’
berasal dari bahasa Yunani, yaitu
‘philosophia’
. Kata
philosophia
merupakan gabungan dari dua kata yaitu
philos
dan
sophia
Philos berarti sahabat atau kekasih, sedangkan sophia memiliki arti kebijaksanaan,
pengetahuan
, kearifan. Dengan demikian maka arti dari kata
philosophia
adalah
cinta pengetahuan.
Atau dengan kata lain bisa juga diartikan sebagai orang yang senang
mencari ilmu dan kebenaran
.
Plato
dan
Socrates dikenal sebagai
philosophos
(filsuf) yaitu orang yang cintai pengetahuan
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang Plato mengatakan bahwa : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
Beberapa arti filsafat menurut para ahli:
Aristoteles
( (384 - 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
Cicero
( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )
Johann Gotlich Fickte
(1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
Paul Nartorp
(1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya .
Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
1.
Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
2.
Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
3.
Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
4.
Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )
Notonegoro
: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
Driyakarya
: filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.
Sidi Gazalba
: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
Harold H. Titus
(1979 ): (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
Hasbullah Bakry
: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Prof. Mr.Mumahamd Yamin
: Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
Prof.Dr.Ismaun, M.Pd.
: Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
Bertrand Russel: Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
Dalam sejarah panjang kita sejak pembentukan kita sebagai bangsa
(nation
formation)
sampai kepada terbentuknya negara bangsa
(state formation
dan
nation
state)
yang merdeka,
pada setiap kurun zaman, pendidikan tidak dapat dilepaskan dari filsafat yang menjadi fondasi utama dari
setiap bentuk pendidikan karena
menyangkut sistem nilai-nilai
(systems
of
values)
yang memberi warna dan menjadi
"semangat zaman"
(zeitgeist)
yang dianut oleh setiap individu, keluarga,
anggota-
anggota komunitas atau masyarakat tertentu, atau pada gilirannya bangsa dan negara
nasional. Landasan filsafat ini hanya dapat dirunut melalui
kajian sejarah, khususnya Sejarah Pendidikan Indonesia.
Ciri-ciri berfikir filosfi :
1.
Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.
2.
Berfikir secara sistematis.
3.
Menyusun suatu skema konsepsi, dan
4.
Menyeluruh.
Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :
1.
Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika
2.
Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.
3.
Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat.
Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
1.
Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
2.
Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
3.
Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
4.
Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.
Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :
1.
Sebagai dasar dalam bertindak.
2.
Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
3.
Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
4.
Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah
Sebagai komparasi, di negara-negara Eropa (dan Amerika)
pada abad ke-19
dan ke-20 perhatian kepada Sejarah Pendidikan
telah muncul dari dan digunakan
untuk
maksud-maksud lebih
lanjut
yang bermacam-macam,
a.l.
untuk
membangkitkan
kesadaran berbangsa,
kesadaran
akan kesatuan
kebudayaan,
pengembangan profesional guru-guru, atau untuk kebanggaan
terhadap lembaga-lembaga dan tipe-tipe pendidikan tertentu. (Silver, 1985: 2266).
Substansi dan tekanan
dalam Sejarah Pendidikan
itu bermacam-macam
tergantung kepada maksud dari kajian
itu: mulai dari tradisi pemikiran dan para pemikir
besar
dalam
pendidikan,
tradisi nasional, sistim
pendidikan
beserta
komponen-komponennya, sampai kepada pendidikan
dalam hubungannya
dengan
sejumlah
elemen
problematis
dalam
perubahan
sosial
atau
kestabilan,
termasuk
keagamaan,
ilmu
pengetahuan (sains),
ekonomi, dan
gerakan-gerakan
sosial.
Sehubungan
dengan
MI
semua
Sejarah Pendidikan erat kaitannya dengan sejarah intelektual dan sejarah sosial. (Silver, 1985: Talbot, 1972: 193-210)
Esensi dari pendidikan itu sendiri sebenarnya ialah pengalihan (transmisi) kebudayaan (ilmu pengetahuan, teknologi, ide-ide dan nilai-nilai spiritual serta
(estetika) dari generasi yang lebih tua kepada generasi yang lebih muda dalam setiap
masyarakat atau bangsa. Oleh sebab itu sejarah dari pendidikan mempunyai sejarah
yang sama tuanya dengan masyarakat pelakunya sendiri, sejak dari pendidikan
informal dalam keluarga batih, sampai kepada pendidikan formal dan non-formal
dalam masyarakat agraris maupun industri.
Selama ini Sejarah Pendidikan masih menggunakan pendekatan lama atau
"tradisional" yang umumnya diakronis yang kajiannya berpusat pada sejarah dari ide-
ide dan pemikir-pemikir besar dalam pendidikan, atau sejarah dan sistem pendidikan
dan lembaga-lembaga, atau sejarah perundang-undangan dan kebijakan umum dalam bidang pendidikan. (Silver, 1985: 2266) Pendekatan yang umumnya diakronis ini dianggap statis, sempit serta terlalu melihat ke dalam. Sejalan dengan perkembangan
zaman dan kemajuan dalam pendidikan beserta segala macam masalah yang timbul atau ditimbulkannya, penanganan serta pendekatan baru dalam Sejarah Pendidikan
dirasakan
sebagai kebutuhan yang mendesak oleh para sejarawan pendidikan
kemudian. (Talbot, 1972: 206-207)
Para
sejarawan, khususnya sejarawan pendidikan melihat hubungan timbal
balik antara pendidikan dan masyarakat; antara penyelenggara pendidikan dengan
pemerintah sebagai representasi bangsa dan negara yang merumuskan kebijakan
(policy)
umum bagi pendidikan nasional. Produk dari pendidikan menimbulkan
mobilitas sosial (vertikal maupun horizontal); masalah-masalah yang timbul dalam
pendidikan yang dampak-dampaknya
(positif ataupun negatif) dirasakan terutama oleh
masyarakat pemakai,
misalnya,
timbulnya golongan
menengah
yang
menganggur karena jenis pendidikan tidak sesuai dengan pasar kerja; atau
kesenjangan dalam pemerataan dan mutu pendidikan; pendidikan lanjutan yang hanya
dapat dinikmati oleh anak-anak orang kaya dengan pendidikan terminal dari anak-
anak yang orang tuanya tidak mampu; komersialisasi pendidikan dalam bentuk
yayasan-yayasan dan sebagainya. Semuanya menuntut peningkatan metodologis
penelitian dan penulisan sejarah yang lebih baik danipada sebelumnya untuk
menangani semua masalah kependidikan ini.
Sehubungan dengan di atas pendekatan Sejarah Pendidikan baru tidak cukup
dengan cara-cara diakronis saja. Perlu ada pendekatan metodologis yang baru yaitu
a.l, interdisiplin. Dalam pendekatan interdisiplin dilakukan kombinasi pendekatan diakronis sejarah dengan sinkronis ilmu-ihmu sosial. Sekarang ini ilmu-ilmu sosial
tertentu
seperti
antropologi, sosiologi,
dan
politik
telah
memasuki "perbatasan" (sejarah)
pendidikan dengan
"ilmu-ilmu
terapan"
yang
disebut
antropologi
pendidikan, sosiologi pendidikan, dan politik pendidikan. Dalam pendekatan ini dimanfaatkan secara optimal dan maksimal hubungan dialogis "simbiose mutualistis"
antara sejarah dengan ilmu-ilmu sosial.
Sejarah Pendidikan Indonesia dalam arti nasional termasuk relatif baru. Pada
zaman pemerintahan kolonial telah juga menjadi perhatian yang diajarkan secara
diakronis sejak dari sistem-sistem pendidikan zaman Hindu, Islam, Portugis, VOC,
pemerintahan Hindia-Belanda abad ke-19. Kemudian dilanjutkan dengan pendidikan
zaman Jepang dan setelah Indonesia merdeka model diakronis ini masih terus
dilanjutkan sampai sekarang.
Perkuliahan dilakukan dengan pendekatan interdisiplm (diakronik dan/atau
sinkronik). Untuk Sejarah Pendidikan Indonesia mutakhir, substansinya seluruh
spektrum pendidikan yang secara temporal pernah berlaku dan masih berlaku di
Indonesia; hubungan antara kebijakan pendidikan dengan politik nasional pemerintah,
termasuk kebijakan penyusunan dan perubahan kurikulum dengan segala aspeknya
yang menyertainya; lembaga-lembaga pendidikan (pemerintah maupun swasta);
pendidikan formal dan non-formal; pendidikan umum, khusus dan agama. Singkatnya
segala macam makalah yang dihadapi oleh pendidikan di Indonesia dahulu dan
sekarang dan melihat prosepeknya ke masa depan. Sejarah sebagai kajian reflektif
dapat dimanfaatkan untuk melihat prosepek ke depan meskipun tidak punya pretensi
meramal.
Dalam setiap bahasan dicoba dilihat filosofi yang melatarinya.
Sumber-sumber yang digunakan: sumber pertama
(primary sources)
berupa
dokumen-dokumen
yang
menyangkut kebijakan
pendidikan;
sumber kedua
(secondary sources)
benipa
artikel, monograf,
atau
buku-buku
tentang
perkembangan dan makalah pendidikan.
Sebagai bahan komparasi sumber-sumber
mengenai Sejarah Pendidikan di negara-negara lain yang dapat diperoleh melalui
internet dll.
Cara penyajian kuliah sebagian besar melalui diskusi-diskusi, terutama
membahas
dokumen-dokumen dari sumber-sumber pertama; membuat Chapter dan/atau Book Report; menyusun makalah individual dan/atau kelompok yang
didiskusikan.
0 comments:
Post a Comment
Newer Post
Older Post
Home
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment